Wednesday, 16 December 2015

Antara Rekayasa dibalik Rekayasa




Tidak ada istilah persekutuan yang abadi, yang ada hanyalah satu kata ‘Kepentingan bersama’. Persetan  dengan istlah perang antara Timur dan Barat, yang ada hanya perang melawan kebangkitan Timur Tengah (Islam)!


Akhir akhir ini banyak kejadian yang cukup menyita perhatian dunia, baik diranah mancanegara hingga dalam Negara, dimulai dari kejadian pengeboman di Paris Prancis dengan motif yang katanya ’Teroris berkedok agama’ berlanjut kedalam negeri yang melibatkan bupati purwakarta Dedi Mulyadi dengan pimpinan sekaligus imam besar FPI Habib Rizieq Syihab atas kasus ‘Campur Racun’. dan yang cukup menyita perhatian publik sampai saat ini adalah kasus #PapaMintaSaham yang menyeret beberapa pejabat tinggi Negara hingga berujung pada desas desus #PapaMenangCurang.

Pertama kita mulai dari tragedi yang menjadikan agama sebagai motif atas kejadian di Paris Perancis. Kasus ini mengajak kita untuk berimajinasi meskipun sebatas wacana belaka namun, orang awam sekalipun akan tertawa mendangar tregedi Paris ini, ada bererapa fakta yang perlu kita perhatikan. Konflik suriah yang melibatkan Pemerintah dengan para pemberontak dari kalangan garis keras yang didatangkan dari berbagai Negara dengan tujuan ingin menjatuhkan rezim Basar assad hingga berujung pada pendukungan Amerika dengan Nato-nya ditambah sokongan dari Negara tetangga yang terdiri dari Negara teluk dengan dimotori oleh Arab Saudi. Konflik ini bertambah seru dengan datagnya Isis (Islamic State of Irak and Suriah) sebagai pihak lain yang tidak berpihak pada dua kelompok yang berseteru hal ini menjadikan Amerika dan para sekutu mempunyai dalih koyol untuk menduduki Suriah seraca militer.

Entah, apakah ada kekuatan ‘ghaib’ yang membantu rezim Basar Assad hingga saat ini tidak bisa runtuh oleh gempuran beberapa aliansi dari Amerika, pemberontak dan ISIS. Logika kita akan berimajinasi bahwa sebuah Negara yang diduki oleh gabungan militer dan para jihadis dengan dilengkapi peralatan sepektakuler nan canggih tidak akan berumur lama, lain hal dengan konflik Suriah ini semua terbantahkan, - terlepas dari keterikutan Iran dan Rusia dibalik itu- konflik ini telah meletus cukup lama mulai dari 2011 hingga saat ini akhir tahun 2015. Penulis tidak akan membahas terkait penyebab konflik Suriah ini –silahkan baca penejelasan dari putra Ulama terkemuka sekaligus ketua perhimpunan Ulama Suriah Dr.Taufiq Ramadhan al-buthi dalam ceramahnya pada konfrensi ke-4 International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang- yang akan menjadi fokus pembahasan pada kasus ini adalah rekayasa dibalik tragedi Paris Perancis yang menjadi duka bagi barat.

Tepatnya pada siding darurat yang diadakan oleh PBB di Zurich Swiss yang hampir memutuskan akan menutup kasus Suriah dari tanggung jawab Nato dan para sekutu, kasus yang diambang lepas dari Amerika dan sekutu tentunya hal ini akan merugikan mereka yang telah cukup lama dan menghabiskan biaya yang lumayan besar. Hemat penulis, bahwa ada kesengajaan yang jelas dibuat oleh Prancis atas teragedi Paris ini, terbukti setelah tragedi ini beberapa Negara seperti Inggris, Jerman ikut turun tangan kedalam konflik Suriah dengan Pembenaraan ingin menghancurkan ISIS, orang pintar mana yang akan berkata bahwa tindakan mereka adalah benar? Mengatasnamakan membasmi kejatahatan demi menjajah sebuah Negara. adalah tindakan yang tidak berprikemanusaian yang patut kita tolak! Sudah jelas sekali tragedi Paris ini merupakan umpan agar ‘Mereka’ menadapat ‘Lampu Hijau’ supaya leluasa untuk menyerang Suriah tanpa ada rasa salah dihadapan dunia. Sangat biadap!

                  

Kedua, pada kasus ‘’Campur Racun’’ penulis tidak akan membahas dari segi agama tentunya akan terjadi perdebatan yang tidak akan pernah usai, apalagi menyinggung antara Agama dan Budaya. Penulis akan lebih jeli melihat dari sisi lain, - terlepas bahwa ini hanya sebuah pandangan yang perlu dikritisi- Melihat sosok Bupati Purwakarta Bapak Dedi Mulyadi yang bisa dibilang mempunyai pengetahuan lebih terutama dibidang agama, rasa-rasanya aneh jika kita mengatakan beliau sudah jauh dari nilai-nilai agama terumata berbicara terkait Budaya. Kasus ini tepatnya merupakan upaya dari beliau untuk mempromsikan Purwakarta sebagai wajah Baru dari Jawa barat yang kaya akan budaya Sundanya.

Pembangunan Purwakarta yang sudah berjalan lama bisa dibilang tinggal tahap penyelesaian dan penyempurnaan dibeberapa tempat.  Sebagai upaya untuk mengenalkan Purwakarta hingga keranah dunia perlu didukung Media yang kuat hal ini akan memakan biaya yang lumayan besar, cara unik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Purwarta adalah menciptakan ‘Menejemen Konflik’ dengan menyeret tokoh yang terkenal didalam negeri ini yaitu Habib Rizieq Syihab. Perlu kita ketahui bahwa FPI di Purwakarta lumayan besar dan sudah lama berdiri, kita akan berfikir kenapa tidak mulai dulu saja menolak pembangunan yang katanya penuh dengan kufaraat itu? Sepertinya ada rencana yang sudah tertata rapi dari kasus ini. Terbukti semenjak kasus ini diangkat kepermukaan publik, semua manusia dimuka bumi tau kalo ada kabupaten di Indonesia yang namannya Purwakarta ingin mempromosikan daearah mereka dengan Icon kebudayaan Sundanya.



Lantas, hal ini yang memberikan dampak yang sangat positif terhadap Kabupaten Purwaktara, secara tidak langsung kita turut andil menjadi bagian media bagi mereka untuk mempromosiakan daerah Purwakarta. Dan ketika Purwakarta sedah menjadi Icon budaya Jawa Barat tentunya akan mengundang para pelancong hingga dari manca Negara untuk mengunjunginya. Hal ini sangat menguntugkan masyarakat Purwakarta karena dengan sendirinya dapat menumbuhkan perekonomian mereka. Sungguh salut perlu diterapkan!

Pada kasus #PapaMintaSaham yang melibatkan ketua DPR Setia Novanto, Reza chalid (pengusaha Minyak) dan Presedir PT Freeport Indonesia (PTFI) Ma’erof Samsoeddin. merupakan kasus ‘Tai kucing’ diranah Negara tercinta ini, ada upaya kesengajaan dari pemerintah dan beberapa pikah terkait yang ingin menutup kenyataan dan fakta yang terjadi pada kontrak perpanjangan PT Freeport ini, terbukti hingga saat ini kasus ini terus berjalan dengan melibatkan beberapa nama baru yang ikut bermain didalamya, blow-up dari media merupakan sebuah cara untuk menutupi fakta lapangan terkait kontrak perpanjangan PT Freeport ini. Jika kita sedikit berpikir positif, apabila memang pemerintah mempunyai I’ktikad baik dan hatinya bersih tentunya tidak akan terjadi kasus seperti ini, bahkan perpanjangan kontrak karya ini pastinya tidak akan di lanjutkan lagi ditahun 2019. Namun, yang terjadi dilapangan hanya pengaburan fakta yang berlarut larut hingga detik ini. Hanya permainan politik kotor yang selalu dipertontonkan kepada masyarakat. Entah sampai kapan kalian para pemimpin kita akan selalu seperti itu?!



Mengutip perkataan sebuah aktor dalam perpolitikan Amerika, bahwa didunia ini tidak ada istilah persekutuan yang abadi, yang ada hanyalah satu kata ‘Kepentingan bersama’. Persetan  dengan istlah perang antara Timur dan Barat, yang ada hanya perang melawan kebangkitan timur tengah (Islam)! Sebuah rekayasa publik untuk sebuah cara agar tujuan kita tergapai merupakan hal yang lumrah, terlepas hal itu mengakibatakan efek negative bagi umat manusia. ‘Teroi Politik kekinian’.

No comments:

Post a Comment